Sistem nama zaman atau nengō berasal dari sistem yang digunakan di Tiongkok sejak tahun 140 SM. Sistem nama zaman digunakan di Jepang setelah kaisar ke-36 yang bernama Kaisar Kōtoku naik tahta. Menurut literatur Nihon Shoki, nama zaman yang pertama disebut zaman Taika untuk menandai perubahan politik besar-besaran yang mengikuti Reformasi Taika tahun 645.

Menurut literatur Shoku Nihongi, nama zaman digunakan pertama kali di tahun ke-5 masa pemerintahan Kaisar Mommu yang menyebut masa pemerintahan sebagai zaman Taihō. Sebelum zaman Taihō juga dikenal beberapa shinengō yang hanya dipakai di kalangan terbatas. Pada catatan sejarah pembangunan kuil dipakai istilah zaman Hakuhō yang menunjuk pada periode tahun 673-686 ketika nama zaman yang resmi tidak ada. Zaman Hōkō merupakan istilah yang dipakai pengikut Pangeran Shotoku untuk menyebut masa pemerintahan Kaisar Suiko.

Penggunaan nama zaman sempat terputus di paruh kedua abad ke-17 dan baru dimulai kembali di tahun 701 dengan Taihō.


Nama zaman pertanda sejarah

Sebelum zaman Meiji, nama zaman ditentukan oleh pejabat istana dan sering diubah sesuai dengan perkembangan keadaan. Nama zaman yang baru biasanya diumumkan pada tahun yang sama atau tahun berikutnya setelah kaisar baru naik tahta. Selain pergantian kaisar, nama zaman baru diumumkan setiap awal periode 60 tahunan (tahun pertama dan tahun ke-58) karena dianggap sebagai angka keberuntungan menurut astrologi Tiongkok. Nama zaman juga diperbarui jika terjadi peristiwa penting atau bencana alam berkepanjangan.

Nama zaman sering menunjukkan keadaan dalam negeri Jepang pada masa itu. Wadō diambil sebagai nama zaman karena pada masa itu ditemukan deposit tembaga dalam jumlah besar di Jepang. Filsafat Konfusianisme juga sering digunakan sebagai nama zaman, misalnya zaman Daidō , Kōnin dan Tenchō .

Nama zaman biasanya ditulis menggunakan dua aksara Kanji, kecuali di zaman Nara yang menggunakan 4 aksara kanji karena mengikuti kebiasaan di Tiongkok. Masa pemerintahan Kaisar Kōken (749-758) menggunakan nama zaman dengan 4 aksara kanji: Tempyō kampō , Tempyō shōhō dan Tempyō hōji .

Di Jepang sampai sekarang dikenal sejumlah 247 nama zaman, tetapi aksara kanji yang digunakan untuk menulis nama zaman hanya berjumlah 72 aksara, di antaranya sejumlah 30 aksara hanya pernah digunakan sekali.

Di zaman Namboku-cho terdapat dua sistem nama zaman yang berbeda: nama zaman yang digunakan Istana Utara dan nama zaman yang digunakan Istana Selatan.


Pergantian nama zaman

Sebelum zaman Meiji, nama zaman yang baru berlaku surut ke belakang untuk tahun yang sedang berlangsung. Setiap kali ada pengumuman nama zaman yang baru (walaupun diumumkan di pertengahan tahun), nama zaman yang baru diumumkan dinyatakan berlaku sejak hari pertama awal tahun yang sedang berjalan.

Sejak zaman Meiji, penamaan zaman yang baru selalu dimulai pada hari pengumuman dan tidak berlaku surut ke belakang. Pada tanggal 7 Januari 1989 sewaktu diumumkan nama zaman yang baru, Heisei tahun ke-1 dimulai pada hari berikutnya tanggal 8 Januari 1989.

Sejak Kaisar Meiji naik tahta, nama zaman hanya diumumkan sekali saja sepanjang masa pemerintahan kaisar. Kebijakan ini disebut undang-undang satu kaisar satu nama zaman.

Di zaman sekarang, penamaan zaman ditetapkan dalam Undang-undang Gengō tahun 1979. Dokumen resmi terbitan pemerintah Jepang selalu menggunakan nama zaman dan bukan tahun Gregorian. Perangkat lunak perkantoran versi bahasa Jepang juga umumnya memiliki fasilitas perhitungan tahun dengan nama zaman.

Di zaman modern, tahun pertama kaisar bertahta disebut gannen yang dimulai segera setelah kaisar naik tahta. Tahun gannen selalu berakhir pada tanggal 31 Desember menurut kalender Gregorian. Tahun berikutnya disebut tahun ke-2 yang dimulai tanggal 1 Januari menurut kalender Gregorian.

Zaman Meiji diumumkan tahun 1868 dan berlangsung hingga Kaisar Meiji wafat di tahun 1921. Zaman Taishō berlangsung hingga pengumuman nama zaman baru Shōwa pada tanggal 25 Desember 1926. Tahun awal (gannen) zaman Showa hanya berlangsung beberapa hari di akhir bulan Desember 1926. Tahun 1989 disebut sebagai tahun Shōwa 64 atau Heisei Gannen , karena tahun Shōwa 64 berakhir pada tanggal 7 Januari 1989.

Setelah kaisar wafat, nama kaisar boleh disebut dengan nama zaman yang menandai masa pemerintahan. Kaisar Hirohito juga dikenal sebagai Kaisar Shōwa.

Di Jepang, kaisar yang sedang bertahta tidak pernah disebut dengan nama dan tidak pernah disebut menggunakan nama zaman. Kaisar Jepang yang sedang bertahta selalu disebut sebagai Tennō Heika

0 komentar:

Posting Komentar

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : Zawz